Minggu, 08 Februari 2009

PEKERJA-PEKERJA GEREJA, … WASPADALAH … WASPADALAH!!!


Tulisan ini dibuat untuk mengingatkan saudara-saudara yang menjadi pelayan di dalam gereja untuk menegakkan aturan pelayanan. Saat ini banyak sekali orang yang mencalonkan diri menjadi majelis gereja hanya karena merasa itu sebagai sebuah jabatan. Bahkan dibeberapa gereja,…. orang-orang menjadi majelis gereja karena digaji. Namun setelah mereka terpilih mereka tidak melakukan kewajibannya dalam melayani.

Bagi anda yang menjadi majelis dengan niat melayani, maka TUHAN mengatakan upahmu besar di sorga. Bagi anda yang menjadi majelis, namun anda bekerja karena anda merasa itu sebagai sebuah jabatan, maka sayang sekali … anda sudah menerima upah anda. Bagi anda yang menjadi majelis, namun tidak mau bekerja … hati-hatilah mungkin hukuman sedang menanti.

Mengapa saya katakan demikian? Ingatlah bahwa setiap pelantikan menjadi majelis kita akan diambil sumpah. Jika anda tidak bekerja sebagaimana mestinya dengan sadar, berarti anda sudah berdusta saat mengucapkan sumpah. Siapakah yang kita dustai? Tentu saja Roh Kudus. Ada kisah di dalam Alkitab tentang pendustaan terhadap Roh Kudus. Anda tentunya mengingat bagaimana kisah Ananias dan Safira. Anda tentu juga ingat bagaimana akhir kisahnya.

Kita mungkin bisa berkata “Ah saya tidak mati kok”. Bagi saya itu sebuah bentuk kasih TUHAN, karena kita masih diberi waktu. Jadi jangan santai begitu….

Kenapa saya menulis ini …? Karena orang percaya harus menyadari bahwa saat ini banyak pekerja gereja yang gaya hidupnya sama dengan guru-guru bejat yang mengajar Taurat pada jaman YESUS. TUHAN sendiri mengatakan bahwa tidak semua orang yang mengaku percaya adalah orang percaya. Demikian juga tidak semua orang yang mengaku hamba ALLAH adalah benar-baenar menghambakan diri. Kita bisa mengatakan mereka sebagai “guru-guru PALSUUUUU”!!!

Bagaimana cara menguji apakah mereka guru-guru palsu?
1.Perhatikan wataknya,… apakah mereka benar-benar berdoa dengan tekun? Apakah mereka mengabdi dengan sungguh-sungguh? Kalau sebentar-sebentar menanyakan uang jalan, maka patut dipertanyakan. Apakah mereka terlihat mengasihi orang yang dianggap berdosa di masyarakat atau mereka justru menjauhkan diri dengan sinis? Apakah mereka membenci kefasikan dan mengasihi kebenaran? Maksudnya dia tidak melakukan hal-hal yang tidak disukai TUHAN.
2.Perhatikan motifasinya. Apakah dia melayani dengan menghormati Kristus? Apakah dia membawa gereja kepada pengudusan? Apakah dia berusaha menyelamatkan orang yang terhilang? Apakah dia memberitakan injil Kristus dan mempertahankannya? Tidak cukup hanya memberitakan !!!
3.Ujilah buahnya. Biasanya pekerja palsu membuat orang bertobat tidak sepenuhnya menyerah kepada segenap firman ALLAH.
4.Ujilah kejujurannya berkenaan uang TUHAN? Apakah mereka menolak mengambil banyak uang untuk diri mereka, mengatur keuangan dengan jujur dan penuh tanggung jawab, dan berusaha memajukan pekerjaan TUHAN.


Saya pribadi pernah bertemu dengan beberapa majelis, yang secara kinerjanya kurang. Beberapa di antaranya:
1.Majelis yang kemampuan berkhotbahnya sangat minim. Karena kondisi seperti ini banyak jemaat yang menjadi pilih-pilih pelayan. Kalau si A melayani bagus, kalau si B tidak bagus, jadi saya ke pelayanannya si A saja. Tapi kalau saya mencoba berdiskusi tentang kemampuan berkhotbah yang jelek saya selalu terbentur dinding. Mereka mengatakan “Itu adalah bakat!!!” Saya mau mengatakan kepada mereka “Enak aja bakat”. Itu adalah sesuatu yang bisa dipelajari. Pelajarilah intonasi yang enak di dengar. Kumpulkan banyak referensi agar khotbah lebih kontekstual dengan kondisi jemaat. Yang terpenting adalah ANTUSIAS dalam menyampaikan Firman TUHAN. Kenapa ada pelayan firman yang berkhobah seperti sedang memberi kata sambutan di resepsi pernikahan atau sambutan inspektur upacara? Banyak juga majelis yang membela diri dengan mengatakan “Jemaat tidak boleh pilih-pilih. Inti dari persekutuan itu untuk menyembah TUHAN, bukan untuk memuaskan telinga jemaat!” Bagi anda yang sependapat dengan itu saya mau berkata “Oh ya… Bukankah majelis juga harus melatih kemampuan berkhotbahnya dengan baik agar bisa menjadi berkat bagi jemaat. Coba lihat jemaat saat ini. Banyak jemaat yang sangat stress di dalam kehidupannya. Mereka ke gereja berharap mendapat penghiburan dan penguatan, tapi kalau majelis tidak serius membenahi diri … apa yang bisa dibawa pulang jemaat? Coba perhatikan saudara kita yang muslim, mereka begitu antusias dalam berkhotbah…. Jika kita sebagai orang Kristen sudah tidak bisa menjadi “pipa” untuk menyalurkan “Air Kehidupan” … kira-kira apa yang terjadi? Jemaat kita akan berpindah untuk mencari pipa yang lainnya? Bagaimana kalau mereka sampai meninggalkan YESUS, hanya karena kita tidak bisa menjadi saluran berkat? Boro-boro berbuah, kita justru merontokkan buah yang hampir layu.” …. Satu jiwa yang hilang dari Kristus, kadang membuat orang berkata “bodohnya itu orang meninggalkan Kristus”. Tapi mereka sendiri tidak berbuat apa-apa. Majelis gereja yang tidak serius mau membentuk dirinya … Waspadalah! Waspadalah!!!
2.Majelis gereja yang menjadi bendahara sering menumpuk uang di kas. Saya sendiri tidak tahu apakah ini salah atau tidak. Namun saya pernah berbicara dengan pengurus gereja di Jakarta, katanya dalam satu masa kepengurusan itu sebaiknya saldo kembali kosong. Artinya majelis harus benar-benar bekerja untuk menyalurkan dana dari jemaat untuk kemajuan dan kelebaran firman, serta pelayanan kepada yang membutuhkan. Sayangnya banyak bendahara senang menumpuk kas. Entahlah, mereka mungkin ingin dikenal sebagai bendahara yang berhasil memperbesar kas jemaat. Atau,… bendahara yang gagal menyampaikan niat dari pemberi persembahan, yang telah menyerahkan uangnya untuk dipakai dalam pelayanan. Yang paling gila lagi ada majelis yang berkata “Oh iya mungkin kita bisa memperbaiki gereja ini…tapi tunggu dulu mungkin ada yang mau menyumbang jadi tidak perlu buka kas”. Padahal kas-nya sedang bengkak dan mau meledak. Apa bedanya sumbangan dengan persembahan? Itu adalah uang yang diserahkan jemaat untuk dipakai membangun jemaat? Bukan uang untuk memperkaya bank. Anda tahu kan semakin banyak uang disimpan di bank, semakin besar keuntungan bank….!!!
3.Ada juga majelis yang bekerja pada pelayanan anggota tidak mampu (diakonia). Dia berkata “Kalau jemaat butuh,… dia yang harus datang ke saya… kenapa saya yang harus ke dia?” Majelis macam apa ini? Memegang bidang sosial gereja tapi tidak punya jiwa sosial. Dalam sejarah gereja, selalu yang besar yang menghampiri yang kecil. Tidak percaya …. Lihat ini… Tuhan yang turun ke dunia, bukan manusia yang naik ke surga. Paulus yang keliling dunia, bukan jemaat yang datang ke Paulus. Bisa bayangkan jika TUHAN berkata “Jika manusia butuh,… dia yang harus datang ke saya!!!” TUHAN saja mau datang sebagai orang terpinggirkan di dunia manusia, kenapa majelis bisa sombong sekali ya?!

Ini bukan untuk menghakimi siapapun. Tapi bukankah kita wajib saling menegur. Daripada nanti ditegur TUHAN…. OK, jangan ada yang sakit hati ya. GBU…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar